KRITIS
Mewujudkan peserta didik yang bernalar kritis sesuai dengan dimensi Profil Pelajar Pancasila
RELIGIUS
Mengembangkan potensi peserta didik dengan kearifan lokal yang berbasis keagamaan
EDUKATIF
Mewujudkan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan berpihak pada peserta didik
ADAPTIF
Menggali dan mengembangkan potensi peserta didik yang sesuai dengan profil belajarnya
TANGGUH
Mewujudkan peserta didik yang unggul, berkarakter dan siap bersaing di tataran global
INOVATIF
Mendorong peserta didik untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya
KREATIF
Mendorong peserta didik untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya
LITERASI
Mendorong warga sekolah untuk menjadi insan literat
PEMBIASAAN
Membudayakan kearifan lokal berbasis keagamaan
OSIS
Mendorong peserta didik untuk Pemimpin Pembelajaran
KETERAMPILAN ABAD 21
Mendorong peserta didik untuk cakap dalam mengikuti pembelajaran
GENERASI EMAS
Mendorong peserta didik untuk tampil percaya diri
MANDIRI
Mendorong peserta didik untuk memanfaatkan sarana belajar yang ada
TERAMPIL
Membimbing peserta didik untuk menjadi generasi unggul
BERPIHAK PADA MURID
Menggali potensi peserta didik untuk menjadi pribadi unggul
Senin, 20 Maret 2023
Sabtu, 18 Maret 2023
Pemanfaatan Media Sosial 'TIK TOK' dalam Media Pembelajaran
Oleh: Wika Karina Damayanti, S.Pd., S.H., M.Pd
(Kepala Seksi GTK SMP Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat)
Perkembangan pesat berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat ditahan, suka maupun tidak berbagai perubahan sebagai dampak dari perkembangan zaman akan selalu melekat dalam kehidupan manusia. Perubahan perlu disikapi dengan bijak, karena pada hakekatnya perubahan memiliki tujuan positif untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Buka pikiran, tingkatkan literasi, bangun komunikasi, dan kembangkan kemampuan guna mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan.
Perubahan terjadi dalam segala aspek, salah satunya dalam dunia pendidikan. Cara pembelajaran konvensional tidak tepat lagi jika diterapkan dalam era digital saat ini. Pendidikan terkini perlu menyesuaikan dengan beragam kemajuan dari pengetahuan dan teknologi yang terjadi. Jika pola pembelajaran masih tetap dilakukan secara konvensional seperti dahulu maka anak-anak akan tetap berjalan ditempat tanpa keberdayaan mengikuti pesatnya perkembangan dunia.
Pendidikan bukanlah ilmu pasti yang bersifat stagnan, namun ilmu yang terus berkembang secara dinamis mengikuti tren perubahan yang terus terjadi. Pendidikan tidak seperti ilmu matematika dimana rumus keliling persegi tetap 4 x sisi dan 1 tambah 1 tetap 2. Dunia pendidikan dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman.
Seorang sahabat Rasulullah SAW yaitu Ali bin Abi Thalib pernah mengungkapkan hal yang cukup fenomenal mengenai pendidikan anak, yakni “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Ungkapan Ali bin Abi Thalib tersebut menegaskan bahwa pola pembelajaran dalam dunia pendidikan harus terus berkembang mengikuti segala perubahan yang terjadi dalam dunia ini.
Mengikuti trend revolusi industri 4.0 maka segala bentuk pendidikan dan pembelajaran harus di arahkan kedalam nuansa digital. Anak generasi Z dan generasi Alfa memerlukan stimulan dengan memanfaatkan media digital sesuai dengan zamannya untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas. Meskipun terdapat sisi negatif dari media digital, namun dampak positifnya jauh lebih banyak jika digunakan dengan bijak.
Menurut Aji (2017) bahwa pada saat ini internet menjadi fasilitas yang sangat diperlukan dalam kehidupan, media dalam pembelajaran dipilih untuk menyesuaikan materi yang diajarkan agar peserta didik dapat memahami materi dengan baik. Pembelajaran dengan memanfaatkan internet menjadi jawaban dari pendidikan bagi generasi saat ini. Pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Pemilihan media pembelajaran harus menarik dan juga dekat dengan anak.
Media pembelajaran di era digital harus diselaraskan dengan pengembangan teknologi. Transformasi pendidikan sangat kental dengan kekuatan internet yang semakin menarik seperti magnet. Penyelarasan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan dekat dengan anak dapat membantu berjalannya proses pembelajaran secara efektif.
Terdapat banyak platform online yang dapat dimanfaatkan untuk media pembelajaran, salah satunya adalah media sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial sangat dekat dengan kehidupan anak, bahkan jika ditanya cita-cita, banyak anak yang ingin menjadi seorang youtuber, selebgram, creators tiktok (tiktokers), atau influencer yang erat dengan ketenaran dan pendapatan fantastis dari media sosial. Berdasarkan hal tersebut maka media sosial dapat menjadi alternatif yang efektif untuk dijadikan sebagai media pembelajaran bagi anak generasi Z dan Alfa.
Salah satu media sosial yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dan memiliki banyak pengguna adalah Tiktok. Menurut tekno.kompas.com ada sekitar 10 juta pengguna aktif aplikasi Tiktok di Indonesia. Mayoritas pengguna dari media sosial Tiktok adalah anak usia sekolah generasi Z. Aplikasi Tiktok memiliki berbagai kontroversi yang mengakibatkan pemblokiran pada tahun 2016 lalu. Namun terlepas dari kontroversi tersebut pengguna Tiktok di Indonesia menembus lebih dari 10 juta pengguna, hal tersebut menjadikan Tiktok sebagai primadona media sosial.
Tiktok tak lepas dari segala kontroversinya, stigma negatif masih melekat dalam benak masyarakat, namun disisi lain banyak manfaat yang dapat diambil dari media sosial Tiktok ini, seperti menjadi media promosi yang memiliki dampak besar bagi penjualan atau pemasaran dan media pembelajaran yang sangat menarik bagi anak usia sekolah. Penggunaan Tiktok sebagai media pembelajaran ini menghasilkan efek positif pada anak dalam meningkatkan motivasi belajar, kreativitas, dan menambah rasa percaya diri.
Menurut Bulele (2020) Tiktok memilki keunggulan yang disukai oleh peserta didik melalui berbagai konten menarik serta sebagai wadah bagi peserta didik yang mempunyai minat dalam membuat video sesuai dengan kreativitasnya. Melalui Tiktok kemampuan digital anak dapat meningkat seiring dengan peningkatan kreatifitasnya dalam membuat konten kreatif.
Hutamy et al. (2021) menyatakan bahwa Aplikasi Tiktok tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, namun dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran, khususnya dimasa pandemi. Hasil penelitian dari Hutamy et al. (2021) menunjukkan bahwa 55,36% Tiktok dapat diterapkan sebagai media pembelajaran yang menyesuaikan dengan relevansi materi ajar. Penggunaan Tiktok sebagai media pembelajaran menjadikannya sebuah trend yang unik dan baru dalam menyampaikan bahan ajar.
Menurut Ramdani et al., (2021) Tiktok memiliki daya tarik tersendiri dalam menampilkan konten video yang beragam, berdurasi singkat, dan diiringi oleh musik. Hal itulah yang membuat Tiktok menarik perhatian anak. Pemanfaatan Tiktok dalam pembelajaran dapat mempermudah anak dalam memahami suatu materi.
Berbagai manfaat baik dari penggunaan Tiktok dalam pembelajaran diantaranya adalah : materi ajar dapat tersampaikan dengan menarik, ringkas, singkat, dan mudah diterima, dapat meningkatkan kreatifitas anak, menjadi media pembelajaran yang menyenangkan serta tidak membuat bosan, meningkatkan rasa percaya diri dan keaktifan anak. Jika seorang guru dapat mengambil nilai positif dari pemanfaatan media sosial Tiktok dalam pembelajaran, maka suasana belajar yang menyenangkan akan tercipta dan berdampak sangat baik terhadap psikologis anak.
Media pembelajaran merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan juga ketertarikan anak agar lebih mudah menangkap materi yang disampaikan. Pemanfaatan media sosial sebagai bagian dari pembelajaran menjadi inovasi yang perlu diapresiasi karena media sosial dapat menjadi media pembelajaran yang menarik dan efektif jika dikemas sedemikian rupa. Wika-Kd.
Daftar Pustaka Aji, W. N. (2017). Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kabupaten Klaten. Jurnal VARIDIKA, 29(1), 1–8. Bulele, Y. N. (2020). Analisis Fenomena Sosial Media dan Kaum Milenial: Studi Kasus Tiktok. Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology, 1(1), 565–572. Hutamy, E. T., Swartika, F., Alisyahbana, A. N. Q. A., Arisah, N., & Hasan, M. (2021). Persepsi Peserta Didik Terhadap Pemanfaatan Tiktok Sebagai Media Pembelajaran. Prosiding Penelitian Pendidikan Dan Pengabdian 2021, 1(1), 1270–1281. Ramdani, S.N., Hadiapurwa A., Nugraha H., (2021). Potensi Pemanfaatan Media Sosial Tiktok Sebagai Media Pembelajaran Dalam Pembelajaran Daring. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 10 (2). 425-436.
KISI-KISI UJIAN SEKOLAH KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Kelulusan peserta didik salah satunya ditentukan oleh Ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Di dalam Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum 2013 disebutkan bahwa untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar kelulusan dapat berdasarkan asesmen sumatif dalam bentuk Ujian Sekolah.
Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran untuk satu tujuan pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan
Asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang. Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan.
Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes, tetapi dapat menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).
Lebih lanjut, di dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum 2013 diinformasikan bahwa peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dan mengikuti penilaian sumatif yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan (salah satunya Ujian Sekolah).
Peserta didik yang dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan diberikan ijazah. Ijazah diberikan pada akhir semester genap pada setiap akhir jenjang. Ketentuan mengenai ijazah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Terkait hal tersebut, peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri sejak awal untuk belajar mengerjakan soal Ujian Sekolah tahun 2023, jika satuan pendidikan menyelenggarakan ujian dalam bentuk tes tertulis. Dengan persiapan lebih awal, maka peserta didik akan mampu memperoleh hasil maksimal dalam mengerjakan soal ujian.
Kisi-kisi soal Ujian Sekolah SMP/MTs Tahun 2023 dibuat dengan mempertimbangkan lingkup materi yang sama pada Kurikulum 2013.
Sumber: Contoh Soal Ujian Sekolah US SMP MTs Kurikulum 2013 Tahun 2023 (amongguru.com)
KISI-KISI UJIAN SEKOLAH/PENILAIAN SUMATIF AKHIR SEMESTER KELAS 9 TAHUN PELAJARAN 2022/2023, dapat diunduh pada link berikut ini.
KISI-KISI PSAS/UJIAN SEKOLAH KELAS 9 SMP TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Rabu, 15 Maret 2023
Titisan Sahabat Nabi
Oleh: Dhysa Humaida Zakia
“Ya, jangan lupa nanti ba’da Magrib kita ke rumah si Joko. Kita tahlilan di rumahnya,” kata Gibran kepada teman ngajinya, Cahya.
“Oh iya, baiklah, nanti aku tanya ke pak ustad Jajang. Memang sih, setahuku selama ini keluarga si Joko kurang bergaul dengan tetangganya,“ pungkas Gibran.
***
Gema azan terdengar dari sebuah masjid kecil dekat sungai Cihujung yang sudah lama mengering karena hampir tiga bulan tidak ada hujan. Suara Bilal yang mendayu merdu mengajak semua muslimin untuk bersegera menunaikan salat Ashar. Dahulu di kampung ini sebelum azan disuarakan selalu ditabuh terlebih dulu bedug, pertanda masuk waktu salat. Kini seiring waktu, bedug pun tergerus zaman, sisa-sisa kejayaannya terongok di pinggir masjid berdampingan dengan keranda jenazah. Tidak ada yang berani mendekati pinggiran masjid itu selain orang-orang yang akan membawa keranda jenazah kalau ada yang meninggal. Dan, sore itu keranda terparkir kembali menemani bedug tua berkarat dengan kulit sapi sobek setelah menunaikan tugas membawa jenazah ayah Joko ke pemakaman.
Gibran dan Cahya bergegas pulang untuk mengambil air wudu, karena memang tidak ada air di sumur masjid. Sudah diniatkan mereka, selepas salat Ashar akan bertanya kepada ustad Jajang tentang acara tahlilan malam nanti. Namun sayang, ustad Jajang tidak kelihatan. Kemungkinan sang ustad salat di tempat lain selepas memimpin acara pemakaman. Mereka kecewa karena dipastikan tidak segera mendapat jawaban.
Setelah usai menunaikan salat Ashar mereka duduk-duduk di teras masjid. Gibran mengajak Cahya ke rumah ustad Jajang. Ustad Jajang sebetulnya adalah guru sekolah menengah pertama di luar kota, dan bukan guru agama. Tetapi karena keaktifannya di masyarakat dalam urusan sosial keagamaan, pak Jajang pun dipanggil ustad.
***
Rumah ustad Jajang tampak sepi dan sepertinya para penghuni sedang tidak ada. Kekecewaan di raut muka Gibran dan Cahya tampak jelas. Mereka tidak dapat masuk ke
pekarangan rumah ustad karena gerbang dikunci. Mereka pun pulang dan berjanji akan bertemu di masjid waktu Magrib nanti.
***
Di rumah, bapak dan ibu sedang menonton acara TV. Adik perempuannya belum pulang dari bermain bersama teman-temannya. Waktu masih pukul setengah empat, berarti satu jam lebih jelang Magrib. Gibran pun masuk kamar dan rebahan di kasur kapuknya. Kantuk pun datang menyerang, Gibran tertidur pulas.
“GIBRAN! Bangun !...Magrib! Magrib!...” teriak bapak sambil menggedor pintu kamar Gibran. “ Pamali tidur Magrib-Magrib...” sambung bapak.
Gibran tersentak bangun. Sambil mengucek-ngucek matanya dia melihat jam dinding.
“ASTAGFIRULLAH! Aku ketiduran, mana sudah azan lagi,” gerutu Gibran seakan tidak percaya bahwa dia ketiduran demikian pulasnya. Secepat kilat Gibran pergi ke kamar mandi.
“Gibran! Jangan dihabiskan airnya!...yang lain belum mandi!” teriak ibu.
***
Tergesa benar Gibran menuju masjid. Sudah dua rakaat rupanya, tetapi masih sempat masbuk. Dilihatnya Cahya berada di shaf paling depan, dan yang menjadi imam adalah ustad Jajang. Alhamdulillah, katanya dalam hati.
Selesai salat semua berzikir. Lama benar zikir itu, dan tidak biasanya ustad Jajang berdo’a lama, lebih lama dari biasanya, padahal kalau ada acara tahlilan selalu dipersingkat zikir dan do’anya.
Zikir selesai, jamaah pun salat sunat. Gibran dan Cahya tidak. Mereka menunggu ustad. Lama menunggu, bahkan sekarang terlihat ustad Jajang berzikir kembali. Selesai itu, ustad mengambil al-quran dan membacanya. Gibran pun heran, diliriknya Cahya, sama bingung.
“Gibran, Cahya, Ucup, dan yang lainnya... ayo ambil al-quran kalian, kita ngaji!” kata ustad Jajang setelah selesai membaca alquran.
“Hei ayooo!...kok, malah bengong begitu,” sambung ustad Jajang, karena anak-anak malah terlihat kebingungan saat ustad Jajang berucap seperti itu.
“Tapi pak ustad, bukankah sekarang kita mau tahlilan?” tanya Gibran memberanikan diri. “Kata siapa?...dan tahlilan dimana?” ustad Jajang balik tanya.
“Di rumah Joko pak ustad!” sambut Gibran dan teman-temannya kompak.
“Ooohhh itu, dengar ya semua, tahlilan itu tradisi baik yang diajarkan para ulama terdahulu, namun tidak semua orang menjalankannya, semua kembali kepada keyakinan masing- masing,” terang ustad.
“Maksud pak ustad, keluarga Joko tidak melaksanakan tahlilan? Terus kebaikan apa yang mereka lakukan untuk almarhum kalau tidak melaksanakan tahlilan?” tanya Gibran penasaran.
“Gibran,...sesungguhnya kita tidak usah ambil pusing akan hal ini. Bagi kita yang terpenting adalah bahwa kita tidak bisa memaksakan semua orang untuk sama dengan keyakinan yang kita miliki, tentu saja masih banyak cara untuk berbuat kebaikan,” terang ustad Jajang “Ayoo!...sini ngaji, mumpung waktu Isya belum datang!”
Setiap selesai mengaji dan salat Isya, Gibran dan kawan-kawan biasanya tidak pulang, mereka menginap di masjid sambil mengerjakan PR sekolah. Bapak-bapak menemani sambil mengobrol dan ngopi. Beberapa diantara mereka ada juga yang mengaji kitab kuning bersama ustad Jajang. Pukul sembilan malam setelah ustad dan bapak-bapak pulang, barulah anak- anak melakukan kegiatan masing-masing. Ada yang langsung rebahan tidur. Ada yang masih ngobrol, ada juga yang bermain tebak-tebakkan menunggu kantuk datang. Kebiasaan ini adalah tradisi yang dibangun ustad Jajang agar anak laki-laki mencintai masjid. Karena di zaman milenial ini banyak sekali laki-laki yang sudah melupakan masjid, padahal masjid adalah satu-satunya tempat yang harusnya dimakmurkan. Subuh, selesai salat barulah pulang untuk sekolah. Tetapi saat ini, air di masjid sedang bermasalah. Mereka tidak menginap di masjid. Ustad Jajang pun memaklumi dan menghentikan kegiatan ini untuk sementara.
***
Waktu merambat malam, dan siap mengantarkan semua makhluk istirahat. Tahrim dan azan awal pun mulai sayup-sayup dilantunkan dari beberapa masjid. Bergegas orang- orang salat. Seperti biasa mereka berwudu di rumah masing-masing. Sementara Gibran lagi- lagi kesiangan. Segera diambilnya sarung dan kopiah. Dengan berlari dia menuju masjid, berharap tidak ketinggalan salat berjamaah. Untungnya baru iqomah. Gibran menuju tempat wudu, dan membuka kerannya. Air pun mengalir dengan derasnya, berwudulah dia.
Selepas salat dan zikir, aki Daud bertanya siapa yang tadi ke tempat wudu. “Siapa yang baru saja wudu?” tanya aki.
“Saya aki...memangnya kenapa ki?” jawab Gibran.
“Mmm...berarti ada yang mengisi bak air wudu...setahu aki, sumur masjid kita ini kan belum ada airnya, apalagi sekrang sedang musim kemarau. Lagian warga disini yang tidak kehabisan air cuma satu, keluarga Joko saja.” kata Aki heran.
Gibran baru sadar bahwa di masjid tidak ada air, tapi kenapa tadi bak wudu penuh? Jamaah yang lain pun kebingungan. Bergegas mereka menuju tempat wudu. Benar saja! Bak ukuran 3 x 1 meter dengan kedalaman 1 meter itu penuh dengan air. Tampak bekas percikan wudu Gibran tadi. Ditengoknya sumur di samping bak wudu itu, tampak sumur belum ada airnya, kering.
“Alhamdulillah ini adalah berkah, siapa pun yang mengisi bak wudu masjid ini akan mendapat pahala berlipat karena memberi kelapangan bagi orang yang mau berwudu,” kata ustad Jajang kepada jamaah, sembari memberikan senyuman.
***
Kejadian penuhnya bak wudu di masjid menjadi perbincangan orang-orang sekitar masjid. Memang, hujan yang belum kunjung datang membuat para penghuni kampung sangat menghemat persediaan air mereka. Sebetulnya ada jatah air dari sebuah pabrik tekstil sekitar kampung, tetapi karena pabrik pun sedang menerapkan kebijakan untuk menghemat air, warga pun ikut terdampak.
Lagian di kampung tersebut hanya satu yang tidak kurang persediaan air, hanya keluarga Joko. Joko? Hm rasanya tidak mungkin. Lagian Joko kurang berbaur dengan warga sekitar.
Penuhnya bak wudu di masjid seakan menjadi berkah tersendiri bagi jamaah. Mereka jadi tidak usah repot-repot berwudu dari rumah saat salat subuh. Namun Gibran tetap penasaran, siapa yang sudah mengisi bak wudu itu. Setiap subuh pasti penuh bak itu. Rencana pun disusunnya. Dihubunginya Cahya sahabatnya. Gibran menyusun rencana untuk mengintip siapa orang yang sudah mengisi bak wudu masjid itu.
***
Selepas salat Isya, Gibran dan Cahya tidak pulang. Mereka sudah meminta izin kepada orang tua masing-masing, untuk mondok di Masjid. Malam itu mereka sepakat untuk melaksanakan rencananya. Setelah menutup pintu gerbang masjid, mereka pun mulai mengatur strategi bagaimana caranya supaya tetap terjaga, dan rencananya berhasil. Akhirnya
mereka pun bermain catur. Permainan dimulai, seru dan saling mengalahkan. Tidak terasa sudah enam babak mereka lalui. Jam dinding menunjukkan pukul 12 malam. Rasa kantuk mulai menyerang, ditahannya sekuat tenaga. Dena membuka termos yang dibawanya dari rumah dan mulai menyeduh dua gelas kopi. Itu kopi yang ketiga mereka. Tapi kantuk tak jua hilang. Entah siapa yang duluan, mereka tertidur.
***
“MASYA ALLAH!,... kalian lagi ngapain? Orang-orang sudah salat kalian masih tidur! Mana berantakan lagi tempat ngaji!” hardik ustad Jajang sambil mengibaskan sorbannya ke arah Gibran dan Cahya.
Gibran dan Cahya gelagapan bangun. Dilihatnya ustad Jajang melotot ke arah mereka. Belum pernah ustad Jajang marah sehebat itu kepada mereka.
“JAM BERAPA SEKARANG?!...pantas saja aku lihat lampu sudah menyala tadi... rupanya kalian ya?” tegur ustad Jajang. “ Apa yang kalian lakukan?...salat cepaaatt!!!” sambung ustad Jajang masih marah.
Gibran dan Cahya bergegas ke tempat wudu. Ustad Jajang melihat kelakuan murid- muridnya itu sambil menggeleng-gelengkan kepala tanda kesal.
Selesai salat, Gibran dan Cahya dipanggil ustad Jajang. Ditanyanya alasan kejadian tadi. Dengan malu-malu Gibran dan Cahya pun menceritakan duduk permasalahannya. Ustad Jajang tidak kuat menahan tawanya.
“HAHAHA...kalian yang aneh-aneh saja. Orang berbuat baik malah mau diintip, apa kalian tidak malu kalau orang itu melihat kelakuan kalian? Bukannya mencontoh perbuatan baik itu,” kata ustad Jajang sembari tersenyum.
“Tapi kami memang benar-benar penasaran pak ustad,” kata Gibran.
“Gibran, Cahya...dengarkan! Dahulu ada seorang sahabat Nabi yang setiap malam di saat penduduk kota terlelap tidur secara sembunyi-sembunyi memikul sekarung gandum demi menolong orang yang kelaparan. Dipikulnya karung itu menuju rumah si fakir yang anaknya terus menangis karena sudah beberapa hari belum makan. Demi menenangkan anaknya, si ibu miskin itu merebus batu. Seoalah-olah dia memasak makanan. Karena lama masaknya, anak itu pun tertidur ” cerita ustad Jajang tentang kisah sahabat nabi.
“Dan tahukah kalian siapa yang mengisi bak wudu masjid kita itu, dan apa hubungannya dengan kisah tadi?”tanya ustad Jajang. Gibran dan Cahya pun menggelengkan kepalanya.
“Dia adalah titisan sahabat Nabi...titisan akhlak sahabat Nabi yang tidak mau perbuatan baiknya diketahui oleh orang lain.” Kata ustad sembari tersenyum.
“Siapa orang itu pak ustad? “ tanya Gibran dan Cahya sangat penasaran..
“Orang itu adalah Joko, teman kalian. Aku sendiri melihatnya tidak percaya, Joko pulang pergi memikul ember berisi air dari rumahnya. Kita sering berburuk sangka kepada keluarganya. Dia yang kalian anggap tidak berbuat baik untuk almarhum ayahnya. Setiap menjelang Subuh, dia angkut beberapa ember air untuk mengisi bak wudu masjid kita. Sumur kepunyaan keluarga dia adalah satu-satunya yang tidak pernah kering di kampung ini, walaupun tidak hujan berbulan-bulan. Karena dulu waktu membuat sumur itu, penggali menemukan benda yang sering disebut urat cai, sumber air. Entah benar atau tidak cerita itu, kenyataannya memang sumur Joko tidak pernah kekurangan air. Sungguh Joko sudah berbuat sesuatu yang akan mengalirkan pahala kebaikan bagi almarhum ayahnya. Sebagai amal jariyah anak saleh,” pungkas ustad Jajang.
Gibran dan Cahya saling bertatapan. Tidak terasa kedua mata mereka berkaca-kaca begitu mendengarkan penjelasan ustad Jajang. Apalagi waktu dijelaskan bahwa Joko mengambil air dari rumahnya dengan memikul ember sangat mirip layaknya seorang pemikul karung gandum sahabat Nabi yang dikisahkan ustad Jajang. Latar belakang keluarga yang berasal dari etnis lain, membuat Joko masih malu untuk berbaur dengan warga sekitarnya.
***
Amanat yang bisa diambil dari cerita ini adalah, seperti halnya yang dikatakan oleh Rasulullah SAW, jika kita memberi dengan tangan kanan, maka tangan kiri jangan sampai tahu.
Penulis adalah Dhysa Humaida Zakia. Lahir di Cimahi, 11 Desember 2005. Kelas XI IPS 4 SMAN 4 Cimahi. email: dhysazakia@gmail.com
Pembelajaran Berdiferensiasi?
Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun
Adalah menarik saat mempelajari Pembelajaran Berdiferensiasi. Bukan hanya dari tujuannya yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa saja, namun pembelajaran ini juga menitikberatkan pada produk pembelajaran, proses dan kontennya. Selain itu, Pembelajaran Berdiferensiasi bersifat proaktif, bersifat kualitatif, berakar pada penilaian, dan bersifat dinamis.
Penulis mencoba merangkum sejumlah keunggulan pembelajaran berdiferensiasi dari materi Modul 2 program calon guru penggerak. Diharapkan kita dapat memahami seberapa penting pembelajaran tersebut diimplementasikan di kelas.
Berpusat pada Murid
Pembelajaran berdiferensiasi menegaskan bahwa pengalaman belajar paling efektif, yakni pada saat proses pembelajaran berhasil melibatkan semua murid. Selain itu, prosesnya berlangsung secara efektif, dan menarik bagi mereka. Selanjutnya, pembelajaran berdiferensiasi memberi kesadaran bagi murid tentang keragaman pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang mereka miliki. Sehingga pembelajaran berdiferensiasi menitikberatkan kegiatan belajar mengajar yang mengedepankan partisipasi aktif semua murid. Dengan demikian dengan ikut terlibatnya murid dalam proses pembelajaran diharapkan membuat suasana menjadi aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Perpaduan dari Pembelajaran Kelas, Kelompok dan Individual
Pembelajaran berdiferensiasi memiliki kekhasan, yakni selalu diawali dengan persiapan kelas, mengulas pembelajaran yang sudah dipelajari, saling berbagi informasi, saling mengksplorasi individul maupun kelompok, kemudian memproduksi ide dan gagasan setiap murid. Sehingga tidaklah menherankan jika pembelajaran ini merupakan perpaduan kegiatan kelas, kelompok dan individu. Hal ini pun membuat proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pelaksanaannya.
Bersifat Dinamis
Pembelajaran berdiferensiasi mendorong terjadinya kolaborasi yang berkelanjutan antar guru dengan murid. Hal ini sangat diperlukan dalam mendorong pembelajaran yang efektif, karena kita menyadari kedudukan guru dan murid merupakan ‘pembelajar’. Boleh jadi guru merupakan sosok yang lebih mengetahui dan berpengalaman dalam ilmu pengetahuan dan materi ajar, namun murid juga memiliki potensi yang yang digali dan dikembangkan. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian yang harmonis di antara guru dengan murid, agar proses pembelajaran menjadi dinamis.
Bersifat Proaktif
Sebagai guru, kita memerlukan persiapan dalam perencanaan pembelajaran. Hal ini untuk menjadikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dan memenuhi kebutuhan murid. Oleh karena itu, pembelajaran diferensiasi mendorong guru untuk selalu proaktif dalam mengakomodasi kebutuhan muridnya dan menjadikan proses pembelajaran senantiasa berorientasi kepada kesiapan, minat dan profil belajar murid.
Bersifat Kualitatif
Pembelajaran berdiferensiasi mengubah paradigma kurang tepat yang biasa guru lakukan sebelumnya, yakni dengan memberikan tambahan tugas kepada murid yang memiliki kemamupuan di atas rata-rata. Padahal tetap saja hal ini akan menjadi beban tersendiri bagi murid yang lainnya. Oleh karena itu pembelajaran ini mendorong guru untuk mengubah beban tugas menjadi sifat tugas yang berorientasi bagi pemenuhan kebutuhan murid disesuaikan dengan kesiapan, minat, dan profil belajar mereka.
Berakar pada Penilaian
Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian diagnostik secara rutin harus dilakukan pada saat unit/materi pelajaran dimulai. Oleh karena itu, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang terjadi pada akhir unit, termasuk untuk menentukan siapa yang mendapatkannya. Selain itu, di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan mereka. Kemudian, untuk produk akhir, dipilih berbagai bentuk penilaian untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid guna menunjukkan hasil belajarnya selama unit pembelajaran berlangsung.
Menggunakan Ragam Pendekatan terhadap konten, proses, dan produk
Seperti diketahui, guru harus bersinggungan dengan tiga elemen kurikuler, yakni konten, proses, dan produk belajar. Hal ini berkaitan dengan masukan, apa yang dipelajari murid, bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi, dan keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan demikian, guru menawarkan pendekatan yang berdeda terhadapa apa yang dipelajari murid.
Selanjutnya, kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu.
Simpulan
Pembelajaran berdiferensiasi sesungguhnya serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Semuanya terkait dengan bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang menarik minat murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
Tentu saja diperlukan kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
Akhirnya, pembelajaran berdiferensiasi memberikan keleluasaan pada murid untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa, dan pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. ***
Sumber: Modul 2 Program Calon Guru Penggerak Angkatan IV tahun 2022 yang diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar.
Terbit juga di Pembelajaran Berdiferensiasi? (ruangberita-bandungbarat.blogspot.com)